![]() |
Yazid Ma'i saat menyampaikan materi pada Workshop Literasi di Era Kecerdasan Artifisial (Istimewa/Kedungademmu.id) |
Kedungademmu.id—Menulis bukan sekadar merangkai kata, tetapi juga mengabadikan pemikiran dan membangun peradaban. Semangat inilah yang mengemuka dalam Workshop Literasi di Era Kecerdasan Artifisial yang digelar Kamis (27/2/2025) di Aula Perguruan Muhammadiyah Kedungadem, Bojonegoro.
Materi "Aku Menulis, Maka Aku Ada", disampaikan oleh Wakil Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah Bojonegoro, Yazid Mar'i pada sesi pertama.
Menulis: Jejak Ilmu yang Tak Terhapus Waktu
Yazid Mar’i, yang juga merupakan tokoh literasi di Bojonegoro menyampaikan materi dengan gaya inspiratif. Ia mengajak peserta untuk menjadikan menulis sebagai bagian dari perjalanan ilmu dan dakwah.
Dalam pemaparannya, Yazid—sapaan akrabnya, menegaskan bahwa menulis memiliki peran penting dalam ajaran Islam. Ia mengutip QS. Al-'Alaq dan Al-Qalam sebagai bukti bahwa pena adalah simbol ilmu yang harus diwariskan kepada generasi mendatang.
Ia juga menyampaikan pesan bijak dari Ali bin Abi Thalib:
"Semua penulis akan meninggal, tetapi karyanya akan abadi sepanjang masa. Maka, tulislah sesuatu yang akan membahagiakan dirimu di akhirat nanti."
Pesan ini menegaskan bahwa menulis bukan sekadar berbagi gagasan, tetapi juga bagian dari ibadah dan tanggung jawab intelektual.
Menulis adalah cara efektif untuk berdakwah dan mentransformasikan ilmu kepada masyarakat luas. Dengan tulisan, seorang penulis bisa meninggalkan warisan yang akan terus menginspirasi meskipun ia telah tiada.
Antusiasme Tinggi, Semangat Menulis yang Terus Berkobar
Workshop ini dihadiri oleh 30 peserta dari amal usaha dan organisasi otonom di lingkungan Muhammadiyah Kedungadem, Bojonegoro yang dengan penuh semangat mengikuti sesi berbagi pengalaman tentang dunia kepenulisan.
Para peserta sepakat bahwa menulis adalah keterampilan yang harus terus diasah, terutama di era digital yang bergerak begitu cepat. Dengan pena, seseorang bisa mengubah dunia, menyampaikan kebenaran, dan melawan hoaks yang kerap beredar di masyarakat.
Melalui workshop ini, diharapkan lahir lebih banyak penulis yang kritis, kreatif, dan inspiratif—mereka yang menulis bukan hanya untuk dirinya sendiri, tetapi juga untuk membangun peradaban yang lebih baik.