عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: أَحَبُّ الْأَعْمَالِ إِلَى اللَّهِ تَعَالَى أَدْوَمُهَا وَإِنْ قَلَّ
"Dari Aisyah RA, dia berkata, Rasulullah Saw bersabda: ‘Amalan yang paling dicintai oleh Allah Ta’ala adalah amalan yang berterusan walaupun jumlahnya sedikit.’" (HR. Bukhari no. 6465)
Hadis ini mengajarkan kita bahwa istiqomah dalam ibadah lebih utama daripada jumlahnya. Berikut beberapa hikmah penting dari hadis ini:
Pertama Konsistensi Lebih Baik Daripada Kuantitas
Banyak orang bersemangat melakukan ibadah dalam jumlah besar, tetapi kemudian berhenti. Rasulullah mengajarkan bahwa lebih baik:
Membaca 1-2 ayat Al-Qur’an setiap hari daripada 1 juz tapi hanya sebulan sekali.
Shalat sunnah meskipun hanya dua rakaat daripada banyak tetapi tidak konsisten.
Bersedekah walau sedikit tetapi rutin daripada sekali banyak tetapi jarang.
Kedua Kebaikan Mengundang Kebaikan Lain
Dalam kitab Latho-if Al Ma’arif (hal. 394) disebutkan:
"Balasan dari amalan kebaikan adalah amalan kebaikan selanjutnya. Barangsiapa melaksanakan kebaikan lalu melanjutkan dengan kebaikan lainnya, maka itu tanda diterimanya amalan yang pertama. Sebaliknya, jika kebaikan diikuti dengan keburukan, itu tanda amalan sebelumnya tidak diterima."
Maka, teruslah melakukan kebaikan sekecil apa pun, karena itu akan memudahkan kita untuk terus dalam jalan yang benar.
Ketiga Meneladani Rasulullah Saw dalam Istiqomah
Suatu ketika, Al-Qomah bertanya kepada Aisyah RA:
قَالَ قُلْتُ: يَا أُمَّ الْمُؤْمِنِينَ، كَيْفَ كَانَ عَمَلُ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ؟ هَلْ كَانَ يَخُصُّ شَيْئًا مِنَ الْأَيَّامِ؟ قَالَتْ: لَا، كَانَ عَمَلُهُ دِيمَةً وَأَيُّكُمْ يَسْتَطِيعُ مَا كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَسْتَطِيعُ
"Aku bertanya kepada Ummul Mukminin Aisyah, ‘Wahai Ummul Mukminin, bagaimana cara Rasulullah beramal? Apakah beliau mengkhususkan hari-hari tertentu untuk beribadah?’ Aisyah menjawab, ‘Tidak. Amalan beliau adalah amalan yang berterusan (rutin).’" (HR. Muslim no. 783)
Ini menunjukkan bahwa ibadah yang terus-menerus lebih dicintai Allah daripada yang hanya dilakukan di waktu tertentu saja.
Keempat Menghindari Futur (Malas Beribadah)
Rasulullah Saw bersabda:
وَلِكُلِّ عَمِلٍ شِرَّةٌ، وَلِكُلِّ شِرَّةٍ فَتْرَةٌ، فَمَنْ يَكُنْ فَتْرَتُهُ إِلَى السُّنَّةِ فَقَدِ اهْتَدَى، وَمَنْ يَكُنْ إِلَى غَيْرِ ذَلِكَ فَقَدْ ضَلَّ
"Setiap amal pasti ada masa semangatnya, dan setiap semangat pasti ada masa futur (malasnya). Barangsiapa yang tetap dalam sunnah Nabi saat futur, maka ia berada dalam petunjuk. Namun barangsiapa yang keluar dari petunjuk tersebut, sungguh dia telah menyimpang." (HR. Thabrani, Sahih)
Agar terhindar dari futur, jaga ritme ibadah agar tetap ringan dan mudah dilakukan. Jangan memaksakan terlalu banyak hingga akhirnya kita malah berhenti sama sekali.
Kelima Zikir yang Terus-Menerus Membangun Istana di Surga
Disebutkan bahwa malaikat akan terus membangun istana di surga untuk orang yang rajin berzikir. Tetapi jika ia berhenti, maka malaikat pun akan berhenti membangunnya.
"Apa yang terjadi padamu wahai Fulan?" ujar malaikat ketika melihat seorang hamba berhenti berzikir.
Maka, jangan biarkan istana kita di surga terbengkalai hanya karena kita berhenti beramal!
Mulailah dari yang Kecil, tetapi Lakukan dengan Konsisten, jangan menunggu momen sempurna untuk beramal, karena kesempurnaan datang dari istiqomah. Mulailah dengan:
Membaca 1-2 ayat Al-Qur’an setiap hari
Shalat sunnah meskipun hanya dua rakaat
Bersedekah meskipun sedikit tetapi rutin
Zikir setiap pagi dan petang walau sebentar
Sebab, istiqomah dalam kebaikan lebih utama daripada jumlahnya. Jangan sampai kita hanya semangat di awal, tetapi kemudian berhenti. Semoga Allah menjadikan kita hamba yang istiqomah dalam beribadah. Aamiin.