Ilustrasi (www.unsplash.com)

Kedungademmu.id
Dalam pembacaan Al-Qur'an, setiap lafaz mengandung makna yang mendalam. Salah satunya adalah pada QS. Al-Fatihah: 3 yang berbunyi:

ٱلرَّحمَٰنِ ٱلرَّحِيمِ

Firman Allah Swt., “Ar-Rahmanir Rahim.”
Keterangan mengenai kedua sifat Allah ini telah dikemukakan dalam bab "Basmalah".

Menurut Ibnu Katsir, penjelasan tersebut sudah cukup dan tidak perlu diulangi kembali.

Pandangan Al-Qurtubi: Tarhib dan Targib

Al-Qurtubi menjelaskan bahwa Allah Swt. menyifati diri-Nya dengan Ar-Rahman dan Ar-Rahim tepat setelah firman-Nya, "Rabbil 'Alamin".

Hal ini dilakukan agar makna tarhib (peringatan atau rasa takut terhadap siksa-Nya) yang terkandung dalam lafaz "Rabbil 'Alamin" dapat dibarengi dengan makna targib (dorongan untuk mendapatkan rahmat-Nya) yang terdapat dalam "Ar-Rahmanir Rahim".

Untuk menegaskan hal tersebut, Allah Swt. berfirman:

نَبِّئْ عِبادِي أَنِّي أَنَا الْغَفُورُ الرَّحِيمُ. وَأَنَّ عَذابِي هُوَ الْعَذابُ الْأَلِيمُ

"Kabarkanlah kepada hamba-hamba-Ku, bahwa sesungguhnya Aku-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang, dan bahwa sesungguhnya azab-Ku adalah azab yang sangat pedih." (QS. Al-Hijr: 49-50).

Begitu pula, Allah Swt. berfirman:

إِنَّ رَبَّكَ سَرِيعُ الْعِقابِ وَإِنَّهُ لَغَفُورٌ رَحِيمٌ

"Sesungguhnya Tuhanmu amat cepat siksaan-Nya, dan sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (QS. Al-A'raf: 165).

Dalam ayat-ayat tersebut, lafaz "Rabb" (Tuhan) mengandung makna tarhib, sedangkan "Ar-Rahmanir Rahim" menyiratkan makna targib.

Hadis yang Menegaskan: Rahmat dan Siksaan Allah

Di dalam kitab Sahih Muslim terdapat hadis yang diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a., di mana Rasulullah Ssw. bersabda:

 لَوْ يَعْلَمُ الْمُؤْمِنُ مَا عِنْدَ اللَّهِ مِنَ العقوبة ما طمع في جنته أَحَدٌ وَلَوْ يُعْلَمُ الْكَافِرُ مَا عِنْدَ اللَّهِ من الرحمة ما قنط من رحمته  أحد

“Seandainya orang mukmin mengetahui apa yang ada di sisi Allah berupa siksaan, niscaya tiada seorang pun yang tamak menginginkan surga-Nya. Dan seandainya orang kafir mengetahui apa yang ada di sisi Allah berupa rahmat, niscaya tiada seorang pun yang berputus asa dari rahmat-Nya.”

Hadis ini mengajarkan bahwa pemahaman mendalam tentang kedua sisi sifat Allah—baik siksaan-Nya yang menakutkan maupun rahmat-Nya yang menggiurkan—harus mampu membentuk keseimbangan antara rasa takut dan harapan, sehingga seorang hamba selalu terdorong untuk mendekatkan diri kepada-Nya.

Kajian tafsir Ibnu Katsir mengenai ayat “Ar-Rahmanir Rahim” dalam QS. Al-Fatihah: 3 mengungkapkan bahwa kedua sifat Allah ini memiliki fungsi ganda.

Di satu sisi, melalui tarhib yang terkandung dalam lafaz "Rabbil 'Alamin", umat diperingatkan akan keagungan dan kekuatan Allah yang patut ditakuti. Di sisi lain, melalui targib yang terdapat pada "Ar-Rahmanir Rahim", umat didorong untuk terus meraih rahmat dan kasih sayang-Nya.

Semoga pemahaman ini dapat menambah keimanan dan keikhlasan dalam mendekatkan diri kepada Allah Swt., sehingga setiap hamba senantiasa berada di bawah naungan rahmat dan petunjuk-Nya.