![]() |
Ketua PP Muhammadiyah, Syafiq A. Mughni dalam Kajian Ramadan 1446 H PWM Jawa Timur (Kedungademmu.id) |
Kedungademmu.id—Berkesempatan menyampaikan keynote speaker dalam Kajian Ramadan 1446 H yang diselenggarakan oleh Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Timur, Syafiq A. Mughni, Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah, menyampaikan gagasannya tentang baldah thayyibah sebagai negeri impian, sebuah konsep yang dalam istilah modern dapat disamakan dengan visi negara.
Menurut Prof. Syafiq, negeri yang baik bukanlah sesuatu yang statis (state of being), tetapi sebuah proses yang terus berkembang (state of becoming).
“Tidak ada negara yang langsung menjadi sempurna. Sebuah negeri yang baik harus selalu diperjuangkan, dikoreksi, dan disempurnakan sesuai dengan nilai-nilai keadilan, kesejahteraan, dan moralitas,” ujarnya.
Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa baldah thayyibah bukan sekadar gambaran idealistik dalam Al-Qur'an, melainkan sebuah prinsip yang dapat menjadi arah bagi pembangunan bangsa.
Dalam konteks Indonesia, konsep ini sejalan dengan gagasan darul ahdi wa syahadah—gagasan Muhammadiyah tentang negara sebagai hasil konsensus bersama yang harus dijaga, sekaligus sebagai arena pengabdian untuk mewujudkan masyarakat yang lebih baik.
“Negeri ini berdiri atas kesepakatan kolektif, dan kesepakatan itu harus dijaga dengan sikap amanah, kejujuran, serta kepedulian terhadap kesejahteraan bersama. Muhammadiyah, dengan prinsip Islam Berkemajuan, memiliki tanggung jawab besar dalam menjaga nilai-nilai tersebut,” tegasnya.
Prof. Syafiq juga menyoroti bahwa untuk mewujudkan baldah thayyibah, ada beberapa tantangan utama yang harus dihadapi. Ketimpangan ekonomi, ketidakadilan hukum, hingga melemahnya nilai-nilai kejujuran di ruang publik menjadi hambatan besar yang harus diatasi.
Ia menegaskan bahwa kesejahteraan bukan hanya soal pertumbuhan ekonomi, tetapi juga tentang bagaimana keadilan ditegakkan dan moralitas dijaga.
Sebagai civil society, Muhammadiyah memiliki peran tidak hanya sebatas pendidikan dan dakwah, tetapi juga advokasi sosial dan kebijakan publik.
“Muhammadiyah harus menjadi lokomotif perubahan, tidak hanya dalam ranah pemikiran tetapi juga dalam aksi nyata. Kita perlu berkontribusi dalam membangun tata kelola yang lebih baik, kebijakan yang berpihak pada rakyat, serta sistem sosial yang lebih berkeadilan,” jelasnya.
Menutup pemaparannya, Prof. Syafiq mengajak peserta untuk tidak hanya memahami konsep baldah thayyibah secara teoritis, tetapi juga menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
“Negeri yang baik tidak akan terbentuk dengan sendirinya. Ia lahir dari kesadaran dan kerja keras kolektif. Kita semua memiliki peran dalam membangun negeri ini,” pungkasnya.
Dengan pendekatan yang dinamis dan berkelanjutan, ia optimistis bahwa baldah thayyibah bukan sekadar impian, tetapi visi yang dapat diwujudkan melalui kerja sama dan kesadaran kolektif.