![]() |
Ilustrasi (www.pexels.com) |
Kedungademmu.id—Di dunia ini, ada dua jenis manusia: mereka yang sibuk berbuat, dan mereka yang sibuk berkomentar. Sayangnya, jumlah yang kedua jauh lebih banyak.
Fenomena ini bisa kita temukan di mana saja—di tempat kerja, di komunitas, bahkan di lingkungan dakwah. Ketika ada yang berusaha membangun sesuatu, pasti ada yang mengomentari:
"Ah, dia cari nama!"
"Kenapa tidak begini aja?"
"Saya sih lebih setuju kalau dilakukan dengan cara lain."
Namun, saat diajak untuk ikut serta dan memberikan solusi, jawabannya selalu klasik: “Saya sibuk.”
Lidah Lebih Tajam dari Tangan
Islam telah lama mengingatkan kita tentang pentingnya keseimbangan antara ucapan dan perbuatan. Allah swt berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لِمَ تَقُولُونَ مَا لَا تَفْعَلُونَ (٢) كَبُرَ مَقْتًا عِندَ اللَّهِ أَنْ تَقُولُوا مَا لَا تَفْعَلُونَ (٣)
"Wahai orang-orang yang beriman! Mengapa kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan? Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan." (QS. As-Saff: 2-3).
Ayat ini bukan hanya teguran, tapi juga peringatan keras. Jangan sampai kita menjadi bagian dari golongan yang sibuk berbicara, tetapi nihil dalam perbuatan.
Ketika Semua Jadi Pengamat, Tapi Tak Ada yang Mau Bekerja
Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering menemukan orang yang ahli dalam menilai kerja orang lain, tapi enggan untuk turun tangan.
Mereka bisa berdebat panjang soal teori, tapi ketika tiba waktunya untuk praktik, entah ke mana perginya.
Padahal, Rasulullah saw. telah mengingatkan:
مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ
"Barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia berkata baik atau diam." (HR. Bukhari & Muslim).
Sayangnya, di era media sosial ini, perintah untuk “diam jika tidak bisa berkata baik” seakan terlupakan. Semua berlomba-lomba berkomentar, meskipun tanpa pemahaman yang mendalam.
Mau Jadi Bagian dari Sejarah atau Sekadar Penonton?
Sejarah tidak mencatat mereka yang hanya bisa mengkritik. Sejarah hanya mengingat mereka yang tetap bekerja meski dicemooh.
Pertanyaannya sekarang: Apakah kita ingin dikenang sebagai orang yang berbuat, atau hanya sekadar yang berbicara?
Karena pada akhirnya, dunia tidak berubah oleh mereka yang pandai berkomentar. Dunia berubah karena mereka yang mau bekerja tanpa banyak bicara.