![]() |
Ilustrasi (www.freepik.com) |
Kedungademmu.id—Redasi Kedungademmu.id berkesempatan melakukan wawancara eksklusif dengan Kamijan, Ketua Lazismu Kedungadem, Bojonegoro, yang juga pemerhati tafsir Al-Qur’an, (01/03/2025). Dalam kajian mendalam mengenai ayat kedua dari Surat Al-Fatihah:
ٱلْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ ٱلْعٰلَمِينَ
Dalam wawancara ini, beliau mengupas tafsir Ibnu Katsir mengenai makna pujian kepada Allah serta perbedaan antara "ٱلْحَمْدُ", syukur, dan madah.
Makna "ٱلْحَمْدُ لِلَّهِ" dalam Qira’at dan Tafsir
Menurut Kamijan, dalam Qira’ah Sab’ah, kata "ٱلْحَمْدُ" dibaca dengan dammah sebagai mubtada', sedangkan "lillahi" berfungsi sebagai khabar.
Namun, ada beberapa riwayat yang menunjukkan variasi bacaan:
Pertama, Sufyan ibnu Uyaynah dan Rubah ibnul Ajjaj membacanya dengan ٱلْحَمْدَ لِلَّهِ dengan huruf "dal" yang di-fathah-kan karena menyimpan fi’l tersembunyi.
Kedua, Ibnu Abu Ablah membacanya ٱلْحَمْدُللَّهِ dengan dua dammah, karena menyesuaikan harakat.
Ketiga, Al-Hasan dan Zaid ibnu Ali membacanya ٱلْحَمْدِ لِلَّهِ dengan kasrah di huruf "dal" agar selaras dengan harakat berikutnya.
Hakikat Pujian dan Rasa Syukur kepada Allah
Kamijan menjelaskan bahwa Ibnu Katsir mengutip tafsir dari Abu Ja’far Ibnu Jarir yang mengatakan bahwa ٱلْحَمْدُ لِلَّهِ berarti segala bentuk pujian hanya untuk Allah, sebagai bentuk pengakuan atas segala nikmat yang diberikan-Nya kepada makhluk-Nya.
Beliau menambahkan, Ibnu Jarir juga menegaskan bahwa Allah sendiri menggunakan ٱلْحَمْدُ لِلَّهِ untuk memuji diri-Nya serta mengajarkan manusia untuk memanjatkan pujian tersebut.
Makna ini juga diperkuat oleh pendapat Ibnu Abbas bahwa kalimat ٱلْحَمْدُ لِلَّهِ adalah ucapan syukur yang sering diucapkan oleh orang-orang yang bersyukur.
Perbedaan antara ٱلْحَمْدُ, Syukur, dan Madah
Dalam wawancara ini, Kamijan menguraikan perbedaan mendasar antara ٱلْحَمْدُ, syukur, dan madah:
ٱلْحَمْدُ lebih luas dibandingkan syukur karena dapat digunakan untuk memuji sifat Allah yang lazimah dan muta’addiyah.
Sedangkan syukur hanya digunakan sebagai bentuk terima kasih atas kebaikan yang diberikan, baik secara lisan, perbuatan, atau hati.
Adapun, madah lebih umum karena dapat ditujukan kepada manusia, benda mati, dan makhluk lainnya, serta dapat digunakan sebelum dan sesudah suatu kebaikan terjadi.
Dalam wawancara ini, Kamijan menegaskan bahwa pemahaman terhadap perbedaan istilah ini akan membantu umat Islam dalam mengaplikasikan konsep pujian dan rasa syukur kepada Allah dalam kehidupan sehari-hari.
Kajian tafsir ini menunjukkan betapa mendalamnya makna ٱلْحَمْدُ لِلَّهِ dalam Al-Qur’an. Tidak hanya sebagai ucapan syukur, tetapi juga sebagai bentuk pujian yang melekat pada keagungan Allah.
Dengan memahami tafsir ini, umat Islam diharapkan dapat lebih mendalami makna ibadah dan penghambaannya kepada Allah.