![]() |
Ilustrasi (www.unsplash.com) |
Kedungademmu.id—“Kenapa Nabi Musa tidak sabar? Kenapa seorang anak kecil dibunuh? Dan kenapa perahu harus dilubangi?”
Tiga pertanyaan ini menjadi sorotan dalam kajian eksklusif bersama Ustaz Mohammad Rojii, yang membahas kisah penuh misteri dalam Surah Al-Kahfi: 60-82.
Kisah ini dimulai ketika Nabi Musa, seorang nabi besar dengan ilmu yang luas, merasa bahwa dialah orang paling berilmu.
Namun, Allah Swt. menegurnya dan memerintahkannya untuk belajar dari Khidir, seorang hamba Allah Swt. yang memiliki ilmu khusus.
Ketika Nabi Musa Diuji Kesabarannya
Dalam perjalanan bersama Khidir, Nabi Musa a.s. melihat tiga peristiwa yang baginya tampak tidak masuk akal:
Pertama, perahu milik orang miskin dilubangi.
Kedua, seorang anak kecil dibunuh.
Ketiga, tembok di desa yang kikir ditegakkan.
Setiap kali melihat kejadian ini, Nabi Musa tak kuasa menahan diri untuk bertanya. Dan setiap kali bertanya, Khidir mengingatkannya bahwa ia telah melanggar janji untuk bersabar.
Hingga akhirnya, setelah tiga kali bertanya, Khidir menjelaskan semuanya.
Allah Swt. berfirman dalam Al-Qur’an:
Perahu Dirusak oleh Khidir
فَانْطَلَقَا حَتّٰىۤ اِذَا رَكِبَا فِى السَّفِيْنَةِ خَرَقَهَا ۗ قَالَ اَخَرَقْتَهَا لِتُغْرِقَ اَهْلَهَا لَقَدْ جِئْتَ شَيْـًٔا اِمْرًا ٧١
"Maka berjalanlah keduanya hingga ketika mereka menaiki perahu, dia (Khidir) melubanginya. Musa berkata, 'Mengapa engkau melubanginya? Apakah untuk menenggelamkan penumpangnya? Sungguh, engkau telah berbuat sesuatu yang berbahaya!'" (QS. Al-Kahfi: 71).
Seorang Anak Kecil Dibunuh
فَانْطَلَقَا حَتّٰىۤ اِذَا لَقِيَا غُلٰمًا فَقَتَلَهٗ ۗ قَالَ اَقَتَلْتَ نَفْسًا زَكِيَّةًۢ بِغَيْرِ نَفْسٍ ۗ لَقَدْ جِئْتَ شَيْـًٔا نُّكْرًا ٧٤
"Kemudian keduanya berjalan hingga bertemu seorang anak, lalu dia (Khidir) membunuhnya. Musa berkata, 'Mengapa engkau membunuh jiwa yang suci, bukan karena dia membunuh orang lain? Sungguh, engkau telah melakukan sesuatu yang sangat mungkar!'" (QS. Al-Kahfi: 74).
Tembok Ditegakkan Tanpa Upah
فَانْطَلَقَا حَتّٰىۤ اِذَاۤ اَتَيَاۤ اَهْلَ قَرْيَةِۢ اسْتَطْعَمَاۤ اَهْلَهَا فَاَبَوْا اَنْ يُّضَيِّفُوْهُمَا فَوَجَدَا فِيْهَا جِدَارًا يُرِيْدُ اَنْ يَّنْقَضَّ فَاَقَامَهٗ ۗ قَالَ لَوْ شِئْتَ لَتَّخَذْتَ عَلَيْهِ اَجْرًا ٧٧
"Kemudian keduanya berjalan hingga mendatangi penduduk suatu negeri. Mereka meminta makan kepada penduduk negeri itu, tetapi mereka menolak untuk memberi jamuan. Kemudian mereka menemukan sebuah dinding yang hampir roboh, lalu dia (Khidir) menegakkannya. Musa berkata, 'Jika engkau mau, tentu engkau bisa meminta upah untuk itu.'" (QS. Al-Kahfi: 77).
Misteri Terpecahkan: Inilah Hikmah Allah Swt.
Di akhir perjalanan, Khidir membuka rahasia di balik tindakannya:
Perahu itu sengaja dilubangi agar tidak dirampas oleh raja zalim.
Anak kecil itu dibunuh karena jika ia besar, ia akan menjadi anak durhaka yang menyesatkan orang tuanya.
Tembok itu ditegakkan karena di bawahnya tersimpan harta anak yatim yang ayahnya seorang saleh.
Allah Swt. berfirman:
وَاَمَّا الْغُلٰمُ فَكَانَ اَبَوٰهُ مُؤْمِنَيْنِ فَخَشِيْنَاۤ اَنْ يُّرْهِقَهُمَا طُغْيَانًا وَّكُفْرًا ٨٠ فَاَرَدْنَاۤ اَنْ يُّبْدِلَهُمَا رَبُّهُمَا خَيْرًا مِّنْهُ زَكٰوةً وَّاَقْرَبَ رُحْمًا ٨١
"Adapun anak itu, kedua orang tuanya adalah orang mukmin, dan kami khawatir dia akan memaksa keduanya kepada kesesatan dan kekafiran. Maka kami ingin agar Tuhan mereka menggantinya dengan anak lain yang lebih baik kesuciannya dan lebih sayang kepada orang tuanya." (QS. Al-Kahfi: 80-81).
Mengapa Kisah Ini Relevan untuk Kita?
Menurut Ustaz Rojii, kisah ini mengajarkan tiga hal penting:
Pertama, jangan cepat menyimpulkan sesuatu tanpa memahami latar belakangnya.
Kedua, bersabar dalam menerima takdir, karena Allah SWT lebih tahu yang terbaik untuk kita.
Ketiga, ilmu manusia terbatas, jangan merasa paling tahu segalanya.
"Kita sering mengalami hal yang tampaknya buruk dalam hidup, tapi bisa jadi itu adalah cara Allah Swt. menyelamatkan kita," tambahnya.
Apakah kita siap untuk lebih bersabar dan percaya kepada rencana Allah Swt.?