Dengan pendekatan berbasis keluarga dan komunitas, PDA Bojonegoro menjalankan berbagai program konkret yang menyasar langsung akar permasalahan stunting. Hasilnya pun membanggakan: Kabupaten Bojonegoro berhasil menembus 10 besar kabupaten/kota terbaik se-Jawa Timur dalam percepatan penanganan stunting tahun 2025, melonjak dari posisi ke-27 ke posisi ke-9.
Ketua PDA Bojonegoro Zuliyatin Lailiyah menjelaskan pada kedungademmu.id (26/6/2025) bahwa fokus utama gerakan ini adalah peningkatan kesadaran gizi keluarga, kesehatan reproduksi remaja, serta pendampingan terhadap ibu hamil, ibu menyusui, dan keluarga dengan balita. Semua program dirancang untuk memberikan dampak nyata di lapangan.
Beberapa program unggulan yang dijalankan antara lain:
Pertama Kebun Gizi
Pemanfaatan lahan warga atau desa untuk ditanami sayur dan buah sebagai sumber gizi. Sasaran utamanya adalah keluarga dengan balita kurang berat badan, ibu hamil, dan ibu menyusui.
Kedua Pemberian Makanan Tambahan (PMT)
Kedua Pemberian Makanan Tambahan (PMT)
Sebagai bentuk intervensi gizi langsung, PDA menyalurkan makanan tambahan kepada balita dan ibu hamil yang mengalami kekurangan gizi.
Ketiga Gerakan Si Jaka (Siap Jadi Ayah Peduli Keluarga)
Edukasi kepada calon ayah dan ayah muda tentang pentingnya peran ayah dalam pengasuhan dan pemenuhan gizi anak.
Keempat LIKE R (Layanan Edukasi Kesehatan Seksual dan Reproduksi Remaja)
Program ini menyasar remaja tingkat SMP dan SMA dengan memberikan pemahaman tentang kesehatan seksual, psikologi, serta gizi remaja. Program ini menjadi respon terhadap tingginya angka perkawinan anak di Bojonegoro.
Kelima Penghargaan Ibu Pemberi ASI Eksklusif
Sebagai bentuk apresiasi, PDA memberikan sertifikat penghargaan kepada para ibu yang berhasil memberikan ASI eksklusif selama enam bulan.
Keenam Penyusunan dan Pengawalan STRADA PPA
PDA turut terlibat dalam penyusunan Strategi Daerah Pencegahan dan Penanganan Perkawinan Anak (STRADA PPA) bersama Pemkab Bojonegoro, sebagai upaya strategis menekan pernikahan dini yang menjadi salah satu faktor pemicu stunting.
“Aisyiyah hadir dari tengah masyarakat, menyentuh langsung kebutuhan dan potensi yang ada. Peran kader di lapangan sangat penting dalam mendampingi keluarga berisiko stunting agar tumbuh menjadi keluarga sehat,” ujar Zuliyatin Lailiyah.
Keterlibatan aktif Aisyiyah membuktikan bahwa pemberdayaan perempuan dan komunitas dapat menjadi ujung tombak keberhasilan program kesehatan masyarakat. Dengan sinergi dan gotong royong, Bojonegoro menunjukkan bahwa perubahan besar dapat dimulai dari langkah-langkah kecil di tingkat keluarga dan desa.
Keterlibatan aktif Aisyiyah membuktikan bahwa pemberdayaan perempuan dan komunitas dapat menjadi ujung tombak keberhasilan program kesehatan masyarakat. Dengan sinergi dan gotong royong, Bojonegoro menunjukkan bahwa perubahan besar dapat dimulai dari langkah-langkah kecil di tingkat keluarga dan desa.