Kegiatan literasi ini diikuti oleh seluruh siswa, dari kelas bawah hingga atas. Mereka tampak antusias membawa buku favorit masing-masing, mulai dari komik, cerita anak, hingga buku dongeng. Suasana kelas berubah menjadi ruang baca massal yang penuh keceriaan.
Rudi, pendiri Komunitas Literasi Buku Jenggala, hadir langsung sebagai narasumber. Dalam sesi interaktifnya, ia menyampaikan pentingnya budaya membaca di tengah arus digital yang semakin deras.
"Anak-anak sekarang lebih akrab dengan layar ketimbang lembaran buku. Padahal, membaca buku bisa membuka cakrawala berpikir dan memperkaya imajinasi mereka," jelas Rudi di hadapan siswa.
Tak hanya mendengarkan materi, para siswa juga diajak tampil di depan kelas. Ada yang membacakan puisi, menceritakan kembali kisah dari buku yang mereka baca, hingga menulis karya sendiri yang kemudian dipamerkan di kelas.
Kepala MIM 14 Megale, Ismawati, mengapresiasi semangat para siswa. Ia menyebut kegiatan ini sebagai langkah kecil tapi berdampak besar dalam membentuk kebiasaan membaca di usia dini.
"Kita tahu betul tantangan zaman sekarang, anak-anak lebih dekat dengan gadget. Kegiatan ini kami hadirkan sebagai pemantik agar mereka kembali mencintai buku. Membaca itu menyenangkan, apalagi kalau dimulai dari yang mereka suka," ujarnya.
Ismawati juga berharap program ini tidak berhenti di MATSAMA saja, tetapi menjadi gerakan rutin di madrasah.
Dengan semangat literasi yang digaungkan sejak awal tahun ajaran, MIM 14 Megale membuktikan bahwa sekolah bukan hanya tempat belajar, tapi juga ruang untuk menumbuhkan kecintaan pada ilmu dan imajinasi.