Ardina Ulya menunjukkan ijazah kelulusannya saat prosesi wisuda Pascasarjana di Chungnam National University, Korea Selatan. Busana wisuda dipadukan dengan batik sebagai wujud identitas budaya Indonesia.
(Foto: Dok. Pribadi/Ardina Ulya)

Kedungademmu.id— Mimpi besar, keberanian melangkah, dan ketekunan akhirnya membawa Ardina Ulya alumni Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Muhammadiyah Jakarta (FKM UMJ), menapaki dunia internasional. Melalui beasiswa Global Korea Scholarship (GKS), Ardina berhasil menuntaskan studi S2 di bidang Food and Nutrition di Chungnam National University, Korea Selatan.

Perjalanan Ardina bukan sekadar kisah studi ke luar negeri. Ia adalah potret nyata dari semangat pantang menyerah dan bukti bahwa keberanian keluar dari zona nyaman bisa membuka jalan luar biasa. Lulusan FKM UMJ angkatan 2012 ini membuktikan bahwa latar belakang sebagai mahasiswa Kesehatan Masyarakat bukan penghalang untuk menembus arena akademik internasional.

 “Jangan pernah takut memulai. Mimpi akan tetap menjadi mimpi jika tidak kita kejar dengan persiapan yang matang,” ungkap Ardina saat berbagi kisah perjalanannya.

Langkah Awal Menuju Negeri Ginseng

Sebelum menjejak Korea, Ardina telah aktif berkarya di dunia kesehatan. Ia pernah menjadi jurnalis kesehatan di Linisehat.com, content writer di Summit Institute of Development, serta asisten peneliti di RS Kanker "Dharmais". Ketertarikannya terhadap nutrigenomik, pendidikan gizi, dan riset kesehatan mendorongnya mencari peluang studi lanjut yang tidak banyak tersedia di Indonesia.

Keputusannya melamar beasiswa GKS pada 2020 menjadi titik balik yang menentukan. Setelah melalui seleksi ketat—mulai dari seleksi berkas, wawancara, hingga penilaian potensi riset—Ardina berhasil terpilih dan berangkat ke Korea Selatan. Di sana, ia tidak hanya menimba ilmu, tetapi juga mengasah ketangguhan mental.

Tantangan dan Adaptasi di Negeri Asing

Tidak mudah beradaptasi di negeri orang. Ardina menghadapi tantangan sosial dan budaya yang berbeda, termasuk kebiasaan masyarakat Korea yang serba cepat (ppali-ppali) dan perbedaan dalam etika komunikasi.

 “Kuncinya adalah memahami dasar bahasa Korea, terbuka terhadap budaya baru, dan aktif menjalin relasi dengan komunitas internasional,” jelasnya.

Namun, pengalaman itu justru memperkaya perspektifnya, baik secara akademik maupun pribadi. Ia menilai bahwa studi di luar negeri memberi pelajaran hidup yang tidak bisa ditemukan di ruang kelas biasa.

Menginspirasi Generasi Muda Indonesia

Kisah Ardina kini menjadi inspirasi bagi banyak mahasiswa Indonesia yang bermimpi menembus pendidikan global. Ia kerap membagikan tips sukses beasiswa, mulai dari menyusun esai motivasi, menyesuaikan minat riset dengan dosen pembimbing, hingga pentingnya mental baja saat menghadapi penolakan.

Ardina juga aktif menulis di blog pribadinya, membagikan pengalaman studi, menikah muda saat kuliah, hingga cara menyelesaikan skripsi tepat waktu.

Pesan untuk Para Pembelajar Muda

Menutup kisahnya, Ardina berpesan:

 “Riset negara tujuan, kenali beasiswa yang tersedia, dan siapkan mental untuk segala kemungkinan. Belajar ke luar negeri bukan berarti melarikan diri, tetapi tumbuh dan kembali membawa manfaat bagi Indonesia.