Para peserta Training Manajemen Masjid menyimak pemaparan materi di Masjid Al-Madinah, Zona Madina, Bogor. (Adi Patra Kenaro Wicaksono/kedungademmu.id)

Kedungademmu.id
Mengelola masjid seperti CEO? Itulah yang coba diwujudkan Masjid Al-Madinah di Zona Madina, Dompet Dhuafa. Mereka menggelar pelatihan manajemen masjid demi kebangkitan umat.

Pelatihan bertajuk "Menuju Masjid yang Lebih Profesional untuk Kebangkitan Umat" ini digelar pada Selasa, (30/7/2025). Sebanyak 55 peserta hadir, mulai dari takmir, pengurus masjid, hingga perwakilan komunitas.

Materi yang disajikan nggak tanggung-tanggung. Bukan cuma soal teknis azan atau jadwal marbot, tapi lebih ke arah soft skill dan tata kelola modern. Mulai dari manajemen, keuangan, relasi antar-masjid, sampai konsep masjid ramah keluarga.

Masjid Bukan Sekadar Tempat Salat

Ustaz Iwan, Sekjen Komunitas Masjid Profesional (KMP), jadi pemateri pertama. Ia menekankan pentingnya pengelolaan profesional di masjid.

 "Masjid itu punya aset, jamaah, program, dan tujuan. Harus dikelola seperti organisasi. Bukan asal jalan," jelasnya.

Menurutnya, masjid yang profesional harus transparan dalam laporan keuangan, punya program terukur, dan menyapa semua lapisan jamaah, termasuk anak muda. Ia menegaskan, kalau masjid sepi, jangan salahkan anak mudanya dulu—bisa jadi programnya nggak relevan.

Kolaborasi, Bukan Jalan Sendiri

Materi kedua dibawakan oleh Ustaz TB Irwan Kurniawan, Ketua DMI Kabupaten Bogor. Ia bicara soal pentingnya relasi antar-masjid.

"Jangan jalan sendiri-sendiri. Masjid bisa kolaborasi, bikin program bareng. Hasilnya pasti lebih terasa," ujarnya.

Ia mencontohkan bagaimana satu masjid dengan relawan literasi bisa kerja bareng dengan masjid lain yang punya pakar parenting. Sinergi seperti ini, katanya, akan membuat dakwah lebih kuat dan masjid makin hidup.

Masjid Ramah Anak, Ibu, dan Lansia

Sesi pamungkas dibawakan oleh Ustaz Jabaludin, pengurus Masjid Al-Madinah. Ia mengangkat tema Masjid Ramah Keluarga. Masjid, katanya, bukan cuma untuk bapak-bapak salat lima waktu.

 "Masjid harus jadi tempat nyaman bagi semua. Ada ruang anak, tempat menyusui, toilet lansia. Semua harus diperhatikan," ucapnya.

Bukan Gagasan Mewah, Tapi Efektif

Acara ditutup dengan pembagian sertifikat dan penyusunan rencana tindak lanjut oleh peserta. Diskusi berlangsung hangat, ide-ide baru bermunculan, dan relasi antarmasjid mulai terbentuk.

Pelatihan ini mungkin terdengar sederhana. Tapi ketika masjid mulai dikelola seperti organisasi profesional—dengan transparansi, sistem, dan inovasi—maka umat pun akan lebih dekat dengan masjid. Anak muda betah, orang tua nyaman, dan keluarga pun merasa punya rumah kedua