Zuliyatin Lailiyah ketua PDA Bojonegoro (Istimewa/kedungademmu.id)

Oleh: Zuliyatin Lailiyah Ketua Pimpinan Daerah Aisyiyah Bojonegoro

Kedungademmu.idHari ini, umat Islam di seluruh penjuru dunia kembali memperingati momen agung kelahiran Nabi Muhammad Saw. Suasana Maulid Nabi selalu membawa cahaya kebahagiaan dan cinta, sebab kehadiran beliau adalah anugerah terbesar bagi alam semesta.

Namun, Maulid Nabi kali ini terasa berbeda. 12 Rabiul Awal 1447 H hadir di tengah gejolak dan kegaduhan yang melanda negeri tercinta. Pertanyaannya, apakah semua ini sekadar rekayasa atau memang buah dari krisis keteladanan yang semakin terasa? Apapun jawabannya, kita berharap seluruh elemen bangsa segera berbenah, kembali menata langkah, dan menghidupkan semangat optimisme demi terwujudnya Baldatun Thayyibatun wa Rabbun Ghafur—negeri yang baik dan diridai Allah SWT.

Momen peringatan Maulid Nabi sangat tepat untuk kembali merenungkan satu pertanyaan mendasar: sudahkah kita benar-benar mencintai Rasulullah Saw?

Qadhi ‘Iyadh rahimahullah pernah mengingatkan: “Barangsiapa mencintai sesuatu, ia akan mengutamakannya dan menyesuaikan dirinya dengannya. Jika tidak, maka cintanya hanyalah sebatas pengakuan belaka.” Maka, mencintai Rasulullah Saw harus tercermin dalam perilaku nyata: meneladani akhlaknya, mengamalkan sunnahnya, mengikuti perkataan dan perbuatannya, serta beradab sebagaimana beliau ajarkan dalam setiap keadaan.

Cinta bukan sekadar ucapan, tapi butuh bukti. Mencintai Rasulullah Saw berarti berusaha mewujudkan ajarannya dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu bentuk paling sederhana adalah memperbanyak membaca shalawat, sebagaimana Allah firmankan:

Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Wahai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kalian untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.” (QS. Al-Ahzab: 56)

Bentuk Realisasi Cinta kepada Rasulullah Saw

Pertama Mengakui bahwa beliau adalah utusan Allah dan penutup para nabi. 

Rasulullah Saw bersabda: “Perumpamaan diriku dengan para nabi sebelumku adalah seperti sebuah bangunan... dan akulah batu bata terakhir itu. Aku adalah penutup para nabi.” (HR. Bukhari-Muslim)

Kedua Menjalankan sunnah-sunnahnya

Cinta yang sejati selalu menghadirkan ketaatan. Allah berfirman:
“Katakanlah: Jika kamu benar-benar mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihimu dan mengampuni dosa-dosamu.” (QS. Ali Imran: 31)

Ketiga Menyebarkan ajaran beliau

Rasulullah Saw berpesan: “Sampaikanlah dariku walaupun satu ayat.” (HR. Bukhari)

Keempat Ridha dengan hukum dan syariatnya.

Sebagai umat yang mencintainya, kita harus ridha dengan hukum Islam. Rasulullah Saw bersabda: “Telah merasakan lezatnya iman, siapa yang ridha Allah sebagai Rabbnya, Islam sebagai agamanya, dan Muhammad sebagai Rasulnya.” (HR. Muslim)

Jadi Merealisasikan cinta kepada Rasulullah Saw bukanlah perkara ringan. Ia menuntut kesungguhan hati, keteguhan iman, dan konsistensi amal. Rasulullah Saw adalah teladan terbaik sepanjang masa—uswah hasanah, cahaya kehidupan, sekaligus rahmat bagi seluruh alam.

Di 12 Rabiul Awal 1447 H ini, mari kita perbaharui cinta kita kepada Baginda Nabi. Bukan sekadar dengan perayaan, tetapi dengan meneladani akhlaknya, menegakkan sunnahnya, dan menyebarkan risalahnya. Karena hanya dengan itu, cinta kita akan bermakna dan menjadi jalan menuju keridaan Allah SWT.