![]() |
| Suasana Kegiatan Rembug Bareng Gerbang Sapu Bersih di Desa Klepek, Kecamatan Sukosewu, Bojonegoro (M.Rondi/kedungademmu.id) |
Acara tersebut menghadirkan para emak-emak berdampak, sebutan bagi anggota Mapak yang secara aktif menggerakkan arisan sampah di tingkat keluarga. Hadir dalam kegiatan ini perwakilan ExxonMobil Almaliki Ukay Sukaya Subqy (Malik), Ketua PDA ’Aisyiyah Bojonegoro Zuliyatin Lailiyah, Koordinator Mapak Sukosewu Muslimah, para koordinator ranting Mapak, serta tim pendamping dari Alas Institute.
Dalam sambutannya, Malik menegaskan bahwa kepedulian terhadap lingkungan tidak cukup berhenti pada kampanye, tetapi harus diwujudkan melalui praktik nyata di kehidupan sehari-hari. “Mencintai lingkungan merupakan bagian dari perbuatan baik. Ibu-ibu Mapak telah membuktikannya melalui program arisan sampah yang inovatif dan berdampak. Gerakan ini menjadi contoh bahwa perubahan dapat dimulai dari hal sederhana dan dilakukan secara bersama-sama,” ujarnya.
Sementara itu, Koordinator Mapak Sukosewu, Muslimah, menyampaikan apresiasinya atas dukungan yang diberikan ExxonMobil dan Alas Institute. Menurutnya, pendampingan tersebut memberikan semangat baru bagi anggota Mapak. “Langkah kecil yang kami mulai dari rumah kini menjadi lebih kuat karena adanya dukungan dan pendampingan yang berkelanjutan,” katanya.
Ketua PDA ’Aisyiyah Bojonegoro, Zuliyatin Lailiyah, menyebut Gerakan Mapak telah menjelma menjadi ikon gerakan perempuan di wilayahnya. Ia menambahkan bahwa pada tahun ini Mapak berhasil meraih Juara I Bojonegoro Innovative Award melalui program arisan sampah. “Prestasi ini menjadi bukti bahwa kreativitas perempuan mampu menghadirkan perubahan besar bagi lingkungan dan masyarakat,” tuturnya.
Dalam sesi rembug bareng, peserta membahas empat aspek utama, yakni alasan menjalankan arisan sampah, manfaat yang dirasakan oleh keluarga dan lingkungan, kendala yang dihadapi di lapangan, serta modal untuk keberlanjutan gerakan.
Perwakilan Alas Institute, Achmad Danial Abidin, menekankan bahwa fokus pendampingan adalah pada penguatan manajemen komunitas. “Kami berharap ibu-ibu Mapak dapat membangun sistem pengelolaan yang lebih tertata, terukur, dan berkelanjutan. Gerakan komunitas seperti ini memiliki potensi besar menjadi model perubahan sosial,” jelasnya.
Diskusi berlangsung hangat dengan pertukaran pengalaman dan gagasan mengenai pengelolaan sampah, mulai dari pemilahan, pemanfaatan ulang, hingga strategi edukasi di lingkungan keluarga. Kegiatan ditutup dengan doa bersama.
Rembug Bareng ini menegaskan bahwa kolaborasi antara perusahaan, komunitas, dan organisasi masyarakat mampu mendorong perubahan perilaku hidup bersih. Gerakan Mapak (emak-emak berdampak) yang diinisiasi oleh perempuan ’Aisyiyah terus tumbuh dari desa dan menjadi harapan baru bagi terwujudnya Bojonegoro yang lebih sehat, bersih, dan berkelanjutan.

