Makam K.H. Ahmad Dahlan di Karang Kajen, Yogyakarta. Suasana makam yang sederhana menggambarkan ketawaduan dan ketulusan perjuangan pendiri Muhammadiyah (istimewa/kedungademmu.id)

Oleh: Samsul Arifin

Kedungademmu.id—Peringatan Milad Muhammadiyah ke-113 menjadi momentum penting untuk kembali mengenang jasa besar pendirinya, K.H. Ahmad Dahlan, seorang ulama pembaharu yang menanamkan fondasi kemajuan Islam di Indonesia. 

K.H. Ahmad Dahlan dikenal sebagai tokoh yang berhasil memadukan nilai keislaman dengan semangat pembaruan. Melalui Muhammadiyah yang berdiri pada tahun 1912, beliau menghadirkan pendidikan modern, kesehatan modern, pemberdayaan sosial, serta dakwah berkemajuan yang memberi dampak luas bagi masyarakat Indonesia. Pemikirannya yang terbuka, metode dakwah yang santun, dan kepeduliannya terhadap kaum lemah menjadikan beliau sebagai figur yang dikenang sepanjang masa.

Namun, di balik besarnya pengaruh dan gagasan beliau, makam K.H. Ahmad Dahlan justru berdiri dengan sangat sederhana. Tidak ada kemegahan, tidak ada ornamen berlebih—hanya nisan yang mencerminkan kerendahan hati seorang ulama yang mendedikasikan hidupnya untuk umat. Kesederhanaan itu menjadi pesan moral yang kuat: bahwa pengabdian tidak diukur dari simbol kemewahan, melainkan dari manfaat yang ditinggalkan.

Melihat makam Kiai Dahlan yang sederhana mengingatkan kita bahwa perjuangan beliau benar-benar tulus. Kesederhanaan itu justru membuat kita semakin hormat dan pengingat bagi generasi Muhammadiyah hari ini agar tetap menjaga spirit keikhlasan, kebersihan hati, dan pengabdian yang diwariskan oleh K.H. Ahmad Dahlan.

Dengan mengenang jasa-jasanya dan meneladani kesahajaan makamnya, umat diharapkan mampu meneruskan perjuangan sang pembaharu dalam menghadirkan Islam yang mencerahkan, membangkitkan, dan memajukan kehidupan masyarakat.