Kasih Sayang yang Melampaui Nafsu Dunia
Imam al-Ghazali mengingatkan bahwa seseorang bisa saja terlihat menyayangi saudaranya, namun sejatinya ia sedang menuruti hawa nafsu. Memberi kelonggaran dalam perkara maksiat, membenarkan kelalaian, atau membiarkan kesalahan atas nama empati, justru merupakan bentuk pengkhianatan terhadap kasih sayang itu sendiri.
Kasih sayang yang hakiki adalah menjaga saudara dari perkara yang membahayakan akhiratnya, meskipun terasa berat dan tidak menyenangkan di awal.
Menjaga Akhirat di Tengah Dunia
Allah Swt. berfirman:
“Dan janganlah engkau lupakan bagianmu di dunia.” (Q.S. Al-Qashash: 77)
Ayat ini menegaskan keseimbangan: dunia bukan untuk ditinggalkan, namun tidak pula untuk diagungkan. Dunia adalah ladang, sedangkan akhirat adalah tujuan. Maka, kecintaan terhadap dunia harus ditempatkan sebagai sarana, bukan sebagai pusat orientasi hidup.
Niat sebagai Penentu Nilai Amal
Dalam kajian ini, Imam al-Ghazali menekankan pentingnya niat. Satu perbuatan yang tampak sama bisa bernilai ibadah atau justru bernilai dosa, bergantung pada niat yang melatarinya.
Mencari nafkah, bekerja, dan berusaha menjadi bernilai ibadah apabila diniatkan untuk menjaga kehormatan diri, menafkahi keluarga, serta menguatkan ketaatan kepada Allah Swt.
Keberagaman Usaha sebagai Rahmat
Hadis Nabi Muhammad Saw.: “Perbedaan di antara umatku adalah rahmat.”
Imam al-Ghazali menjelaskan bahwa perbedaan profesi, peran sosial, dan usaha kehidupan merupakan bentuk rahmat Allah. Dengan perbedaan tersebut, kehidupan berjalan seimbang dan kebutuhan manusia saling terpenuhi. Yang terpenting adalah menjaga kejujuran, menghindari yang haram, serta menegakkan keadilan dalam setiap peran yang dijalani.
Kesimpulan
Kasih sayang sejati menuntut keberanian untuk mengingatkan, membimbing, dan meluruskan, bukan sekadar menyenangkan perasaan. Dunia boleh digenggam, tetapi akhirat harus ditanamkan di hati.
Sebagaimana pesan Imam al-Ghazali, siapa yang menjadikan akhirat sebagai tujuan, maka dunia akan mengikutinya dengan cukup. Namun siapa yang menjadikan dunia sebagai tujuan, ia akan kehilangan keduanya.

