Oleh: Samsul Arifin
Sejarah Berdirinya Hizbul Wathan
Hizbul Wathan didirikan pada 1918 oleh KH Ahmad Dahlan, pendiri Muhammadiyah. Lahirnya Hizbul Wathan tidak dapat dipisahkan dari kegelisahan KH Ahmad Dahlan terhadap kondisi umat Islam dan generasi muda pada masa penjajahan Belanda. Saat itu, pendidikan kolonial dinilai belum sepenuhnya membentuk karakter, akhlak, dan semangat kebangsaan anak bangsa. Terinspirasi dari gerakan kepanduan dunia yang menekankan kedisiplinan, kemandirian, dan keterampilan hidup, KH Ahmad Dahlan kemudian menggagas Hizbul Wathan sebagai gerakan kepanduan berbasis nilai-nilai Islam. Hizbul Wathan hadir sebagai sarana pendidikan nonformal yang mengintegrasikan pembinaan fisik, mental, spiritual, dan sosial secara seimbang.
Sejak awal berdirinya, Hizbul Wathan berperan penting dalam menumbuhkan semangat nasionalisme, cinta tanah air, serta kesadaran berorganisasi di kalangan pemuda. Banyak tokoh bangsa dan kader Muhammadiyah yang lahir dari tempaan Hizbul Wathan, menjadikan gerakan ini sebagai salah satu pilar kaderisasi Persyarikatan Muhammadiyah.
Perjalanan dan Perkembangan Hizbul Wathan
Dalam perjalanan sejarahnya, Hizbul Wathan mengalami dinamika dan tantangan. Pada masa tertentu, aktivitas kepanduan sempat mengalami pembatasan. Namun semangat dan nilai-nilai Hizbul Wathan tetap hidup dalam sistem pendidikan dan perkaderan Muhammadiyah.
Seiring berjalannya waktu, Hizbul Wathan kembali berkembang dan menguat sebagai gerakan kepanduan resmi Muhammadiyah. Hingga kini, Hizbul Wathan aktif di berbagai sekolah, madrasah, dan perguruan Muhammadiyah di seluruh Indonesia. Kegiatan-kegiatannya meliputi latihan kepanduan, pendidikan karakter, kepemimpinan, bakti sosial, hingga aksi kemanusiaan.
Milad ke-107: Meneguhkan Komitmen dan Peran Strategis
Memasuki usia ke-107, Hizbul Wathan dituntut untuk terus adaptif terhadap perubahan zaman tanpa meninggalkan nilai-nilai dasar perjuangannya. Tantangan globalisasi, kemajuan teknologi, dan perubahan karakter generasi muda menjadi ruang aktualisasi baru bagi Hizbul Wathan untuk berinovasi dalam metode pembinaan.
Milad ke-107 ini menjadi ajakan bagi seluruh kader, pembina, dan simpatisan Hizbul Wathan untuk memperkuat komitmen dalam mencetak generasi pelopor, pelangsung, dan penyempurna perjuangan Muhammadiyah. Dengan berlandaskan nilai keislaman, kebangsaan, dan kemanusiaan, Hizbul Wathan diharapkan terus berkontribusi nyata bagi umat dan bangsa
Kesimpulan
Hizbul Wathan bukan sekadar gerakan kepanduan, melainkan kawah candradimuka pembentukan karakter dan kepemimpinan generasi muda Islam. Melalui peringatan Milad ke-107, Hizbul Wathan meneguhkan tekad untuk terus berkhidmat, berkemajuan, dan menjadi bagian penting dalam membangun peradaban bangsa yang berkeadaban.

